Seorang remaja Inggris kecanduan mi instan selama 13 tahun terakhir, demikian dilaporkan sebuah artikel New York Daily News.
Remaja yang bernama Georgi Readman (18) itu berasal dari Isle of Wight, Inggris. Dia menolak memakan sayuran dan buah dan hanya mau makan mi instan — yang mengandung lemak tinggi, lemak jenuh, dan natrium. Sebungkus mi instan biasanya mengandung 400 kalori dan 20 gram lemak.
Readman, yang bertinggi badan 160 cm dan berat 44 kg, mengatakan kepada Daily News bahwa dia mulai kecanduan mi instan sejak berumur 5 tahun. Hingga kini, ibunya masih membelikannya sekardus mi instan. Readman memperkirakan, dia telah memakan mi sepanjang 48 kilometer. Dia bilang, dia tidak suka makan makanan lain.
“Saya benci tekstur buah dan sayur,” katanya. “Saya tidak bisa makan di rumah teman, atau makan di restoran, karena saya akan kesal bila makanan saya terkena salad. Ibu saya selalu membelikan mi instan sebanyak mungkin. Saya bisa makan dua bungkus sekaligus. Saya bahkan pernah makan mi instan yang masih mentah dan tidak dimasak!”
Sejak umur setahun, anak-anak biasanya akan mulai pilih-pilih makanan karena karena proses alamiah dalam tubuh. Alat perasa di lidah mereka juga berubah, sehingga mereka jadi selektif dalam memilih makanan. Apalagi, ketika masih kecil, anak-anak biasanya sedang masa aktif sehingga susah diminta duduk untuk makan yang lengkap.
Remaja yang bernama Georgi Readman (18) itu berasal dari Isle of Wight, Inggris. Dia menolak memakan sayuran dan buah dan hanya mau makan mi instan — yang mengandung lemak tinggi, lemak jenuh, dan natrium. Sebungkus mi instan biasanya mengandung 400 kalori dan 20 gram lemak.
Readman, yang bertinggi badan 160 cm dan berat 44 kg, mengatakan kepada Daily News bahwa dia mulai kecanduan mi instan sejak berumur 5 tahun. Hingga kini, ibunya masih membelikannya sekardus mi instan. Readman memperkirakan, dia telah memakan mi sepanjang 48 kilometer. Dia bilang, dia tidak suka makan makanan lain.
“Saya benci tekstur buah dan sayur,” katanya. “Saya tidak bisa makan di rumah teman, atau makan di restoran, karena saya akan kesal bila makanan saya terkena salad. Ibu saya selalu membelikan mi instan sebanyak mungkin. Saya bisa makan dua bungkus sekaligus. Saya bahkan pernah makan mi instan yang masih mentah dan tidak dimasak!”
Sejak umur setahun, anak-anak biasanya akan mulai pilih-pilih makanan karena karena proses alamiah dalam tubuh. Alat perasa di lidah mereka juga berubah, sehingga mereka jadi selektif dalam memilih makanan. Apalagi, ketika masih kecil, anak-anak biasanya sedang masa aktif sehingga susah diminta duduk untuk makan yang lengkap.
Banyak orangtua akhirnya “menyerah” dan mengikuti kemauan anak. Tak heran, menurut satu hasil riset di “American Journal of Clinical Nutrition”, 78 persen kebiasaan pilih-pilih makanan disebabkan faktor genetika. Hanya 22 persen yang disebabkan faktor lingkungan.
Kami tidak bisa menghubungi Readman untuk mendapatkan komentarnya. Tetapi menurut dokternya, Readman kini kurang gizi dan memiliki kesehatan seperti orang berumur 80 tahun.
“Penilaian itu terdengar akurat,” kata Lisa Kaufman, seorang dokter anak yang tidak merawat Readman. “Makan mi instan melulu akan merusak organ tubuhnya. Tubuh manusia — terutama yang sedang berkembang — perlu protein, mineral, dan gizi. Tanpa itu semua, gadis ini mungkin mengalami masalah pertumbuhan, masalah kecerdasan, osteoporosis, kerusakan jantung dan ginjal, serta tekanan darah tinggi. Umurnya bisa saja tidak panjang.”
Kaufman menambahkan, “Anak kecil tentu saja maunya makan es krim setiap hari bila dibolehkan tetapi adalah tanggung jawab orangtua untuk mengenalkannya kepada beragam makanan lain.”
“Agar bisa berhenti kecanduan mi instan, Readman mungkin harus dirawat di rumah sakit dan diberi pengetahuan soal gizi,” kata Kaufman.
0 comments: